Friday, December 5, 2014

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Saudara muslimku calon penghuni sorga, kali ini kita akan membahas tentang Asmaul Husna : Al Karim. Semoga artikel ini bermanfaat, aamiin.

Asmaul Husna : Al Karim

Kemuliaan Allah Swt. tercermin dari sifat-Nya yang tidak pilih kasih dalam memperlakukan makhlukNya. Allah Swt. memberikan kenikmatan yang sangat sulit dihitung kepada semua makhluk-Nya. Allah Swt. tidak membutuhkan balasan atas semua yang diberikan-Nya, Allah juga tidak meminta balasan apapun dari makhluk-Nya atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya tersebut. Sebenarnya jika kita bersyukur (berterimakasih) terhadap nikmat yang kita peroleh dari Allah, bukan berarti Allah memerlukannya, tapi lebih berarti bahwa kita telah bersyukur terhadap diri kita sendiri.

Sebelum membahas lebih jauh tentang Al Karim sebagai salah satu dari 99 sifat Allah Swt. (Asmaul Husna), mari kita cermati QS An-Naml/27 ayat 40 berikut ini.

قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ ۚ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ ۖ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ

Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".
(QS: An-Naml Ayat: 40)
Asmaul Husna : Al Karim

Ayat di atas mengandung salah satu sifat Allah, yaitu Allah memiliki sifat al-Kariim yang berarti Allah Maha Mulia, ajaran Allah Swt. pun mengandung kemuliaan. Menurut KBBI (kamus besar bahasa Indonesia), mulia dapat bermakna tinggi (derajat, pangkat, jabatan), luhur (budi), dan bermutu tinggi.

Untuk menguji keluhuran dan kemuliaan Allah Swt. mari kita coba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

  1. Adakah yang mampu menciptakan oksigen di udara yang kita hirup secara gratis sepanjang usia kita?
  2. Adakah yang mampu memberikan air yang segar untuk kita minum dan menyuburkan tanaman secara gratis selain Allah?
  3. Adakah yang mampu memberikan sinar matahari yang dapat memberikan kita kehangatan, kesehatan dan penerangan sepanjang hidup kita?
  4. Adakah yang mampu memberikan dua buah tangan yang dapat melakukan aktivitas seperti yang kita miliki sekarang ini?
  5. Adakah yang mampu menciptakan bumi tempat kita menumpang hidup selama ini ?

Adakah yang mampu... adakah ... adakah ... Masih banyak lagi nikmat dari Allah Swt. yang tidak akan dapat kita hitung walau dengan bantuan peralatan secanggih apapun, dan tidak ada seorang manusiapun yang bakal mampu menyebutkan semua nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya satu persatu. Renungkanlah semua pemberian Allah tersebut, Semuanya GRATIS ... tis... tis. Allah Swt. tidak meminta apapun kepada kita. Allah Swt. hanya menawarkan kepada kita, jika ingin hidup bahagia dan sejahtera, maka ikutilah aturan-Nya. Tapi jika tidak mau, kita sebagai manusia berhak untuk memilihnya, tapi dengan konsekuensi hidup sesuai pilihan kita masing-masing.

Ya Allah, ya Kariim. semua itu menunjukkan kemuliaan dan keluhuran-Mu ya Allah, Ya Kariim. Manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi, makhluk kepercayaan Allah untuk memimpin kehidupan di alam semesta ini tentunya harus memiliki sifat seperti yang kita wakili. Sebagai dasarnya Allah telah meniupkan sifat dasar kemuliaan pada qalbu kita.

Sudahkah kita sebagai khalifah Allah berperilaku lebih baik dari mahkluk Allah yang lain yang Allah serahkan kepada kita pengelolaannya?
Sudahkah kita melebihi matahari dalam memberi manfaat kepada makhluk Allah yang lain?
Sudahkah kita melebihi udara dalam memberi manfaat kepada makhluk Allah yang lain?
Sudahkah kita melebihi pohon-pohon di hutan dalam memberi manfaat kepada makhluk Allah yang lain?
Sudahkah kita melebihi laut, danau dan sungai dalam memberi manfaat kepada makhluk Allah yang lain?

Jika belum, maka sebenarnya kita belum menjadi manusia yang seutuhnya. Karena manusia hakikatnya adalah khalifah. Manusia adalah pemimpin dari alam semesta ini. Kemuliaan yang harusnya melekat dan menjadi sifat manusia sebagai makhluk kepercayaan Allah dimulai dari kesadaran diri kita selaku manusia bahwa kemuliaan hanya akan didapat dengan cara memuliakan yang lain. Jadilah manusia yang seutuhnyanya dengan mempelajari buku panduan pengelolaan alam semesta ini yang dikeluarkan oleh Allah. Apakah buku panduan itu? tak lain dan tak bukan adalah kitab suci Al-Qur’an. Selain itu kita harus terus mendalami hal-hal yang telah disampaikan oleh manusia paripurna, yaitu Rasulullah Muhammad SAW. Dengan mempelajari dan mengaplikasikan Al-quran dan Al-Hadist dalam kehidupan ini, akan lahirlah manusia seutuhnya yang memiliki kemuliaan sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Allah Swt. dalam QS At-Tiin/96:4  “Sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang terbaik





No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.