Sunday, September 14, 2014

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Saudara muslimku calon penghuni sorga, kali ini kita akan membahas tentang Mahalnya Harga Sebuah Kejujuran. Semoga artikel ini bermanfaat, aamiin.

Mahalnya Harga Sebuah Kejujuran

Mahalnya Harga Sebuah Kejujuran (Dikutip dari artikel tulisan Dr. Marzuki, M.Ag.)


Bagaimana kita menggambarkan mahalnya harga sebuah kejujuran? Saat ini, karakter yang paling “mahal” barangkali adalah kejujuran. Mengapa demikian? Kita semua tahu betapa sulitnya sekarang ini menemukan kejujuran itu. Misalnya dalam pemilihan umum, semua orang yang telah melakukan pencoblosan harus menyelupkan salah satu jarinya ke tinta ungu sebagai bukti telah melakukan pencoblosan dan tidak boleh mencoblos lagi. Hal ini mengindikasikan bahwa semua pemilih dalam pemilu tersebut dicurigai berpotensi tidak jujur. Semua orang diposisikan sama, baik ia sebagai pemimpin agama (kiyai) maupun penjahat,  yakni berpotensi tidak jujur. Pelaksanaan ujian nasional (Unas) di sekolah juga tidak berbeda. Semua siswa kita yang akan mengikuti unas tersebut dan semua pelaksananya dicurigai akan berbuat tidak jujur. Siapapun orangnya harus melakukan proses itu, sehingga dalam pelaksanaan unas mulai dari proses pembuatan soal ujian, pendistribusian soal, sampai pelaksanaannya melibatkan banyak sekali orang untuk mengawasinya. Sebut saja misalnya TPI (Tim Pemantau Independen), polisi, serta pengawas ujian. Namun, ternyata masih banyak kecurangan (tidak jujur) dalam pelaksanaan unas tersebut. Masih banyak fenomena lain yang memperlihatkan bahwa kejujuran di negara kita mahal harganya, seperti dalam penegakan hukum, politik, bahkan dalam dunia akademik di perguruan tinggi.
Mahalnya Harga Sebuah Kejujuran
Makna Jujur

Dalam Agama Islam, jujur disebut shiddiq. Dari segi bahasa shiddiq bisa berarti: (1) yang suka pada kebenaran, (2) yang membuktikan ucapannya dengan perbuatan, dan (3) yang berbakti serta selalu mempercayai. Asal kata shiddiq adalah kata dasar shidq yang berarti kebenaran atau kejujuran. Dari makna-makna ini, jelas bahwa jujur (shiddiq) merupakan sifat terpuji yang sangat menonjolkan kejujuran atau kebenaran. Dengan kata lain, jujur diperlihatkan dengan satunya kata dengan perbuatan. Orang yang memiliki sifat jujur dalam perkataannya selalu dapat dibuktikan dengan perilakunya. Apa yang dikatakannya selalu selaras dengan yang dipraktikkannya.

Sifat shiddiq merupakan salah satu dari sifat yang dimiliki para nabi dan rasul Allah Sew. Nabi Muhammad saw. adalah orang yang memiliki sifat shiddiq. Apa yang dikatakannya selalu terbukti dan selaras dalam perbuatannya. Nabi selalu mengerjakan apa yang telah dikatakannya. Nabi juga memerintahkan kepada umatnya untuk memiliki sifat jujur ini, karena jujur akan membawa kepada kebaikan dan akhirnya akan mengantarkan kita ke surga. Sebaliknya, Nabi melarang kita berbohong, karena bohong itu akan membawa kepada kejahatan dan pada akhirnya akan mengantarkan kita ke neraka. Rasulullah Swt. bersabda: “Hendaklah kamu semua bersikap jujur, karena kejujuran itu membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga."

Seorang manusia yang selalu jujur dan mencari kejujuran akan dictaat oleh Allah sebagai orang yang jujur (shiddiq). Dan jauhilah sifat bohong, karena kebohongan itu membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa ke neraka. Orang yang selalu berbohong dan mencari-cari kebohongan akan ditulis oleh Allah Swt. sebagai pembohong (kadzdzab).” (HR. al-Bukhari). Setiap Muslim harus selalu menjunjung tinggi kejujuran kapan dan di mana pun berada. Sebagai mahasiswa, jujur akan mengantarkan mahasiswa tersebut menjadi sarjana yang terhormat yang kelak akan menjadi pemimpin bangsa yang arif. Sebagai pegawai atau karyawan, kejujuran dapat mengantarkannya menjadi orang yang sukses dan berwibawa dan akibatnya akan membawa lembaga tempat kerjanya terus maju, meskipun secara perlahan. Sebagai pemimpin, jujur sangat diperlukan untuk membangun kepercayaan dan dukungan bawahannya. Pemimpin yang tidak jujur dapat membahayakan dirinya, bawahannya dan bahkan lembaga yang dipimpinnya. Karena itu, untuk mengangkat nama baik agama (Islam) dibutuhkan pemimpin agama yang jujur.

Sebuah kejujuran memang mahal harganya, sifat dan sikap jujur dapat terlihat dalam berbagai bentuk.
Pertama, benar dalam perkataan. Setiap Muslim harus selalu berkata benar dalam keadaan apa pun dan dalam kondisi bagaimana pun. Orang yang berkata benar akan dicintai oleh Allah swt. dan dipercaya oleh masyarakat. Orang yang suka berbohong tidak akan pernah dipercaya oleh masyarakat. Dan berbohong merupakan salah satu ciri orang munafiq. Rasulullah saw. bersabda: “Tanda-tanda orang munafiq ada tiga, yaitu: apabila berkata bohong, bila berjanji memungkiri, dan bila dipercaya berkhianat.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Kedua, benar dalam pergaulan. Sehubungan dengan mahalnya harga sebuah kejujuran, seorang Muslim tidak cukup hanya benar dalam perkataannya, tetapi juga harus benar dalam pergaulannya. Dalam pergaulannya dengan manusia lain, seorang Muslim dilarang menipu, bohong, berkhianat, dan yang sejenisnya. Dengan bekal kejujuran, seorang muslim akan dapat bergaul dengan baik di masyarakat dan akan dipercaya oleh masyarakat.
Ketiga, benar dalam kemauan. Setiap umat Muslim juga harus benar dalam kemauannya. Dengan bekal kejujuran, seorang muslim akan dapat menuruti kemauannya yang benar. Kemauan yang benar juga harus dipraktikkan dengan cara-cara yang benar. Jangan sampai kebenaran dicampuradukkan dengan kebatilan, karena hal itu dilarang  keras dalam agama (QS. al-Baqarah [2]: 42).
Keempat,benar dalam berjanji. Seorang Muslim harus selalu menepati janjinya. Nabi menyuruh menepati janji ini sampai kepada anak kecil sekali pun. Beliau bersabda: “Barang siapa yang berkata kepada anak kecil, mari kemari, saya beri korma ini, kemudian dia tidak memberinya, maka dia telah membohongi anak itu.” (HR. Ahmad). Jadi, bila berjanji orang Muslim harus menepatinya, apalagi jika ia seorang pemimpin. Allah Swt. menyukai dan memuji orang-orang yang menepati janji (QS. Maryam [19]: 54).
Kelima, benar dalam kenyataan. Seorang Muslim, harus menampilkan apa yang sesungguhnya terjadi pada dirinya dan jangan membohongi masyarakat di sekitarnya. Kenyataan yang dialami hendaknya yang ditampakkan apa adanya kepada orang lain.
Mahalnya Harga Kejujuran
Mahalnya Harga Kejujuran

Semoga dengan membaca artikel ini, kita dapat lebih yakin betapa mahalnya harga sebuah kejujuran, aamiin.

sumber: uny.ac.id




No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.